20 Nov 2010

Kali Bersih Ini Dulunya Jamban dan Bak Sampah

Sejak lima tahun terakhir, penduduk Kota Seoul punya tempat menarik untuk bersantai. Demi melepas lelah dari kepenatan, warga ibukota Korea Selatan itu tidak lagi cuma menyambangi pusat perbelanjaan atau kafe-kafe, namun cukup berkunjung ke suatu kali bersih dan berjalan-jalan di sana tanpa dipungut biaya.

Nama kali itu Cheonggyecheon. Terletak di jantung kota, kali itu juga mampu menarik minat para turis lokal dan mancanegara. Saat VIVAnews mengunjunginya awal November lalu, Cheonggyecheon benar-benar menawarkan daya tarik tersendiri.
Pemandangan Kali Cheonggyecheon di Seoul, Korea Selatan
(Foto: VIVAnews / Renne Kawilarang)
Suasananya cukup tenang walau di atasnya berlalu-lalang beragam kendaraan bermotor. Sisi kiri dan kanan  kali itu disediakan jalur khusus untuk pejalan kaki, sehingga mereka bisa merasakan langsung kesejukan udara sekaligus mendengarkan aliran air yang menyegarkan. Kendati tidak bisa diminum, namun air di kali itu sangat jernih.

Kebetulan pada 5-14 November lalu berlangsung Festival Lentera di Kali Cheonggyecheon. Maka suasana di kali itu sangat meriah pada malam hari. Banyak pengunjung menyaksikan keindahan nyala lampu lentera berwarna-warni di sepanjang kali itu. (Baca juga "Foto: Gemerlap Lentera di Tengah Kali")
Suasana Kali Cheonggyecheon di Seoul, Korea Selatan
(Foto: VIVAnews / Renne Kawilarang)
Kali sepanjang hampir 6 km itu dulunya sangat kumuh dan sempat menjadi simbol kemiskinan di Korea Selatan. Menurut laman pemerintah Seoul, setelah Perang Korea (1950-1953), Cheonggyecheon menjadi lokasi pemukiman kaum pendatang yang ingin mengadu nasib di ibukota.
Saat itu, rumah-rumah panggung kaum miskin bertebaran di sepanjang kali sehingga membuat Cheonggyecheon menjadi selokan besar dan tak ubahnya sebagai jamban dan tempat buang sampah bagi para pemukim. Pemandangan yang tak mengenakkan itu menyebabkan pemerintah setempat lalu melakukan perubahan besar-besaran.
Pada dekade 1970-an, Cheonggyecheon berubah fungsi menjadi salah satu simbol "modernisasi" Korsel. Para pemukim liar direlokasi dan kali itu dibangun banyak tiang pancang dan beton untuk pembangunan jalan layang.

Namun, pada 2003, walikota Seoul saat itu, Lee Myung-bak melakukan perubahan revolusioner. Lee, yang kini sukses menjadi presiden Korsel berkat visinya yang ramah lingkungan, ingin Cheonggyecheon kembali kepada statusnya semula sebagai anak sungai kecil yang mengalir di jantung ibukota.
Suasana Kali Cheonggyecheon di Seoul, Korea Selatan
(Foto: VIVAnews / Renne Kawilarang)
Jalan-jalan layang di atas kali itu disingkirkan, begitu pula dengan tiang pancang dan lapisan beton yang menutupnya. Maka, dua tahun kemudian, Cheonggyecheon "lahir kembali" sebagai kali sungguhan dan kini menjadi salah satu kebanggaan Seoul sebagai ibukota moderen yang turut memperhatikan kelestarian lingkungan hidup.

Menurut keterangan pemerintah Seoul, kelahiran kembali kali itu bahkan turut menurunkan tingkat polusi udara dan kian menyejukkan udara di tengah kota.

0 komentar:

Posting Komentar